Sebuah daftar terbaik tak bisa memuaskan semua orang, apalagi jika dibuat untuk ”menyarikan” atau mewakili sebuah periode—dengan cara penilaian apa pun. Begitu pula daftar album ini. Jadi, supaya jelas dulu, ada subyektivitas yang sulit dihindari. Silakan berkeberatan dan menyusun sendiri versi Anda jika memang merasa tak cocok. Tapi inilah versi kami.
Beatles, The, 1967
Sebetulnya The Beatles sudah memulai upaya menerobos wilayah eksperimen dengan Revolver (1966). Tapi, di album ini, kuartet dari Liverpool itu melompat lebih jauh ke tahap yang siapa pun belum pernah melakukannya sebelumnya. Di sini mereka mengaduk pengaruh-pengaruh psikedelia, art-song, musik klasik, khazanah Timur, dan rock ’n’ roll. Bertolak dari album inilah, belakangan, berkembang musik rock yang bisa melepas kungkungan bermacam batas, termasuk di antaranya rock progresif.
Paranoid
Black Sabbath 1971
Populer, jelas: album ini nomor satu di Inggris, sementara di Amerika Serikat lagu Paranoid dan Iron Man merajai tangga lagu-lagu, sekalipun praktis tak pernah diputar di radio-radio. Tapi, yang jauh lebih penting adalah pengaruh album ini bagi perkembangan musik heavy metal di kemudian hari. Tata suara yang dihasilkannya menjadi klasik: ada nada-nada rendah minor yang digeber sekeras-kerasnya dan dimainkan dalam semangat blues rock, dan ada kombinasi not pada gitar yang menjadi pola lagu (riff) yang mudah ditangkap telinga. Bumbu penyedap lain adalah lirik bertema ”gelap” seperti horor supranatural dan trauma kematian, perang, kiamat nuklir, sakit jiwa, halusinasi obat, dan penyalahgunaan narkotik.
Machine Head
Deep Purple 1972
Inilah salah satu dari ”holy trinity” musik heavy metal—dua yang lain adalah album keempat Led Zeppelin dan Paranoid milik Black Sabbath. Ketiganya menjadi cetak biru yang kelak selalu diikuti oleh setiap band hard rock dan heavy metal, khususnya sejak pertengahan 1970-an. Di album inilah riff yang terkenal dari lagu berjudul Smoke on the Water terdapat. Di sini pula orang bisa menyimak duel solo antara gitaris Ritchie Blackmore dan organist Jon Lord (pada lagu Highway Star). Tak kalah, Ian Gillan (salah satu penyanyi terbaik dari generasinya) memamerkan kesanggupannya meledakkan vokalnya dengan tenaga dan jangkauan yang menakjubkan.
Brain Salad Surgery
Emerson, Lake and Palmer 1973
Fokus utama album ini adalah rock fiksi ilmiah. Paling tidak lewat komposisi yang terdiri atas tiga bagian Karn Evil 9, pendekatannya dilakukan dengan volume dan gairah yang membetot toleransi audiens art rock hingga melampaui batasnya. Lebihnya adalah kemampuan album ini untuk sekaligus memikat khalayak metal. Pemain keyboards Keith Emerson melengkapi itu dengan reinterpretasi yang mengesankan atas Toccata, karya komponis Argentina Alberto Ginastera. Inilah album yang mengukuhkan Emerson sebagai virtuoso, lengkap dengan citra flamboyannya, sebagaimana Jimi Hendrix pada gitarnya (yang hanya bisa ditandingi oleh Rick Wakeman dari Yes).
The Lamb Lies Down on Broadway
Genesis 1974
Album satu-satunya dari band ini yang terdiri atas dua disk (double album). Inilah puncak dari masa awal Genesis, ketika Peter Gabriel masih bergabung sebagai vokalis. Dalam karya drama musikal ini, dengan penampilan yang prima, Gabriel berperan sebagai Rael, seorang pemeras jalanan di New York. Bukan saja vokal Gabriel, performa para personel lain terasa kuat di sini.
Are You Experienced
Hendrix, Jimi 1967
Salah satu debut yang mengagetkan dalam sejarah rock, juga salah satu album penting era psikedelia. Selain memamerkan kemampuannya meramu bermacam unsur terkini dalam lanskap rock pada masa itu, dengan album ini Jimi Hendrix mengukuhkan dirinya sebagai gitaris terbesar hingga sekarang—eksperimen-eksperimen distorsi, feedback, dan volume kencang yang dilakukannya menjadi modal penting bagi para gitaris yang datang belakangan. Semuanya itu muncul berkat lagu-lagu seperti Foxy Lady, Manic Depression, Purple Haze yang bersuasana psikedelia, Red House dan Hey Joe yang kental blues-nya, atau The Wind Cries Mary yang puitis dan lembut. Selama kariernya yang pendek, Hendrix menghasilkan karya-karya yang mustahil dibilang jelek. Tapi ini yang terbaik.
In the Court of the Crimson King
King Crimson 1969
Hanya ada sedikit album debut yang langsung mendobrak yang pernah direkam. Album ini termasuk di antaranya. Begitu dirilis, album ini serta-merta menepis semua upaya yang ada untuk merintis rock yang lebih progresif sesudah album The Beatles, Sgt. Pepper’s Lonely Hearts Club Band. Begitu bagusnya album ini, King Crimson baru bisa menyamainya lagi empat tahun kemudian. Inilah album yang, terutama, menonjolkan peran mellotron, sebuah instrumen elektronik yang tergolong baru pada masa itu. Berkat instrumen ini, komposisi lagu-lagu yang memang sudah kuat, yang meramu unsur-unsur klasik, rock, dan jazz, dan memboyong tema-tema gelap, menjadi kian tak tertahankan oleh khalayak musik.
Led Zeppelin IV
Led Zeppelin 1971
Album ini merangkum heavy metal, folk, rock ’n’ roll, blues. Komplet. Tapi, yang lebih penting dari itu adalah dengan karya keempat yang tanpa judul inilah Led Zeppelin mengukuhkan dirinya, sekaligus gaya dan tata bunyi rock yang mendominasi periode 1970-an. Di sini ada folk pedesaan Inggris yang mistis (misalnya pada lagu The Battle of Evermore). Ada epik yang kemudian menjadi lagu rock yang paling sering diputar di radio-radio (Stairway to Heaven). Juga satire yang menggetarkan (Misty Mountain Hop). Banyak yang mencoba meniru Led Zeppelin. Tapi tak satu pun yang bisa menyamai persis performa Robert Plant dan kawan-kawan di album ini.
Dark Side of the Moon
Pink Floyd 1973
Di sinilah Pink Floyd menyempurnakan eksplorasi yang sudah dimulainya sejak album Meddle (1971). Lagu-lagu sederhana tentang berbagai masalah duniawi yang sepele kian bernyawa dengan embusan tata suara dan soundscape atmosferik yang kaya. Semuanya dilakukan dengan cermat dan tepat sehingga mencapai gaung emosional yang kuat. Hasilnya adalah musik bertekstur subtil yang berkelana dari psikedelia rock, ke fusion jazz, hingga blues rock. Tempo yang kebanyakan rileks justru menimbulkan kesan gelap, dunia yang muram. Album ini mungkin bukan satu-satunya karya terbaik Pink Floyd. Tapi tak ada yang sama lakunya dengan album ini.
Abraxas
Santana, 1970
Jangan berharap banyak akan mendapatkan album seperti ini pada 1990-an. Tapi, pada awal 1970-an, ramuan rock, jazz, salsa, dan blues ini luar biasa sukses. Inilah album yang mengukuhkan Carlos Santana, sang leader of the band, sebagai pengibar rock Afro-Latin. Dari sinilah populer Oye Como Va, karya Tito ”Raja Salsa” Puente, yang berirama salsa tapi dibuat muda dengan rock, Incident at Neshabur dan Samba Pa Ti yang menyemburkan denyut jazz rock, serta Black Magic Woman milik Fleetwood Mac yang kental blues-nya. Banyak album Santana pada periode 1970-an yang layak dikoleksi. Tapi inilah pilihan terbaik untuk memulainya.
Close to the Edge
Yes, 1972
Bagi banyak penggemarnya, di album inilah Yes mencapai puncak kreativitas. Komposisi yang panjang (hanya ada tiga lagu di sini) menjadi peluang bagi Jon Anderson untuk memamerkan vokalnya yang ethereal dan eksotis dan kanvas yang lebih besar bagi Rick Wakeman untuk mengobral kemampuan jemarinya dalam menjelajah tuts keyboard-nya. Tapi mereka tak sendirian. Gitaris Steve Howe, basis Chris Squire, dan drummer Bill Bruford sama bergairahnya dan menyumbangkan permainan terbaik mereka. Jangan gentar pada jumlah dan durasi lagu yang ada. Pertimbangkanlah, begitu banyak moment menakjubkan yang bisa dijumpai, di awal, tengah, bahkan akhir setiap lagu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar